Kisah ini berawal pada pada tahun 2007 silam, ketika aku telah
menyelesaikan jenjang SMP. Banyak bayangan masa depan yang ingin ku gapai
memasuki sebuah jenjang SMA terkenal dikota ku. Tapi qodarullah, Allah
berkehendak lain
inilah jalanNya yang membawaku pada pemahaman ini.
inilah jalanNya yang membawaku pada pemahaman ini.
Atas saran dari salah satu ustadz yang sering mengisi kajian bulanan didesaku.
Orang tuaku tiba-tiba memilihkan pondok sebagai jenjang yang harus ku tempuh
selanjutnya. Tak pernah ada bayangan sebelumnya, karna untuk mengenakan jilbab
saja masih begitu berat ku lazimi untuk ku pakai setiap saat.
Tibalah saatnya aku menginjakkan
kaki pada lembaga sebuah pondok pesantren di lampung, dengan dihantar oleh ibu
ku saat itu hati ini begitu bahagia, subhanallah. Karna bayanganku saat itu aku
akan memasuki jenjang Aliyah. Tak lebih.
Pada awalnya berjalan baik-baik saja, tapi lambat laun banyaknya teman
bukan membuatku lebih bahagia, tapi justru aku seolah tertekan atas sebuah
kehidupan yang menuntutku jauh dari sosok seorang ibu. Maklumlah aku tak
terbiasa jauh dari sosok nya, ditambah lagi aku terlahir sebagai anak bungsu
yang kakak-kakakku bilang aku manja. Hari berlalu, rasa tak betah semakin
menyeruak dalam hatiku. Mulailah kuberanikan diri tuk mengutarakan niatku untuk
keluar dari pondok pada oang tuaku, tapi sayang mereka tidak mengizinkanku. Dan
akhirnya kujalani dengan niat aku bertahan hanya demi orang tuaku, bukan yang
lainnya.
Kehidupan dipondok kujalani dengan tertekan, ditambah aku memiliki seorang teman yang satu
hati dengan ku yaitu dia juga merasa tertekan atas kehidupan bernama pondok
ini. Seakan mendapat dorongan sampai sampai rencana kabur pernah qita
rencanakan. Begitu malu dan lucu jika mengingat itu.
Tapi jalan kita berbeda, akhirnya dia diizinkan keluar oleh orang tuanya
dan melanjutkan SMA diluar dan kejadian itu
telah berjalan pada sekitar bulan ke 6 kita dipondok, dan aku sekuat tenaga berusaha
menyelesaikan studi ini berkat dorongan orang-orang yang menyayangiku. Dan
akhirnya aku lulus, tapi aku harus menambah satu tahun untuk masa wiata bakti.
Dan aku kembai ditugaskan dipondokku kembali.
Tapi sayangnya pada pertengahan waktu wiata baktiku. Allah menguji ku
dengan sebuah sakit .
Dan inilah yang menambah keyakinannku untuk tak mau mondok lagi meski orang
tua ku kembali meminta ku untuk memasukkan ku kesebuah pondok tahfidz dijawa.
Dengan tangis, aku katakan aku tak mau, dan dengan melihat kondisiku yang
sakit, akhirnya orang tuaku tak ingin melepas ku keluar pulau meski awalnya
menginginkan itu. Dan setelah kelulusanku, aku putuskan untuk melanjutkan
kesebuah universitas dikotaku, karna aku berfikir jadi akhwat militan diluar
akan lebih hebat.
Masa kuliah kujalani hampir setengah tahun, dan bukan membuat ku semakin
jadi akhwat militan, aku malah semakin jauh dari Nya, meski jilbab besar yang
ku kenakan membuat teman kelas ku menjulukiku ”mbak jilbaber” tapi ruhiyah ku futur dan menjerit butuh nasehat. Jauhnya dari
lingkup lingkungan yang mendukung untuk istiqomah, begitu berat menurutku. Padatnya
kegiatan dikampus membuatku tak
memperhatikan kesehatanku, dan begitulah pola makan hidup anak kosan yang serba
instan akibatnya sakit yang sempat terlupakan dan kukira tlah sembuh karna aku tak pernah merasakan sakit kembali, tapi akhirnya
kembali menggerogoti tubuhku.
Tubuhku semakin mengurus, aku seakan lelah karna hanya bisa berbaring.
Aku menginginkan istirahat, sejenak aku ingin melupakan semua tugas kampus,
meski bisa saja kalau ijin cuti dari kuliah, tapi Allah berkehendk lain.
Aku istirahat total dirumah.dan keinginan untuk kembali menjadi seorang
mahasiswa disebuah kampus yang dulu begitu ku inginkan, tapi kini rasa itu
Allah balikkan. Tiba-tiba aku rindu suasana pondok.
Inilah jalan lain yang allah pilihkan. Malu jika harus mengingat mana
pendek waktu dikampus dulu, Alhamdulillah Allah kembali membukakan pintu
hidayahNya.
Dan kini, allah menempatkan ku pada jalan yang insya allah terbaik untukku.
Banyak orang mengira pondok adalah suatu tempat yang begitu membosankan,
begitulah yang kurasakan dipondik dulu. Tapi yakinlah ini adalah tempat terbaik
untuk benar-benar manjaga diri, mungkin banyak dari sebagian anak mondok yang
terjerumus dalam banyaknya maksiat, mungkin itu karna mereka belum memaknai
hakikat pondok itu sendiri, karena tertekan, banyak nya peraturan, atau bahkan
masuknya mereka kepondok itu atas paksaan orang tuanya, dan hasilnya ilmu tak
berbekas dalam hati.
Dan hendaknya untuk para orang pun yang ingin memasukkan anaknya kepondok,
hendaknya selalu mengawasi, meskipun sekedar dengan menelfon dan menanyakan
keadaannya, karna para anak yang setelah masuk pondok merasa mereka hanya
dibuang disana. Dan bukan pula menjadi barometer bahwa yang dari pondok itu
yang terbaik, justru yang tetap istiqomah diluar itu adalah para militan. Tapi
terkusus untuk ku, sangat sulit, maka ku pilih kembali tempat ini sebagai
pilihan keistiqomahanku.
Meski awalnya harus membutuhkan cara jitu merayu orang tuaku agar
mengijinkan ku untuk mondok diluar pulau.
Jalan allah begitu indah...
Dan subhanallah, hampir satu tahu sudah
aku dipondok ini dan subhanallah, sakit yang ku alami kini tak pernah kurasakan
kembali.
Semoga dapat dijadikan pelajaran, karna sesungguhnya Allah mempermudah
hambaNya yang ingin bertaubat dan kembali kepada jalanNya. Karna dewasa ini
banyak para akhwat yang notabennya lulusan pondok futur diluar, karna itu tadi
kurangnya komunikasi atau malah sengaja menjauhkan diri dari lingkungan
orang-orang sholeh, karna merasa bosan mendengar nasehat.
Dan jilbab besar yang digunakan semakin mengecil dan menipis seiring dengan
jauhnya mereka dari jalan dan pemahaman yang mereka pegang selama ini. Dan
seakan ilmu yang selama ini didapat tidak benar-benar masuk pada hati mereka,
dan akhirnya tak berbekas sama sekali.
Akhwati... kembalilah pada
jalan yang telah sebelumnya tlah kau titi, belum ada waktu terlambat, sebelum
ruh sampai kerongkongan.
Teruntuk sahabatku yang dulu ingin kabur bareng, semoga Allah mejadikan mu
istiqomah dijalan Islam pilihanmu. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar