BAB I
PENDAHULUAN
fiqh merupakan produk hukum yang dihasilkan melalui metode ijtihad. Pada
masa Rasulullah belum dimunculkan istilah Fiqh. Istilah fiqh mulai populer memasuki
pertengahan abad pertama. Dimana pada saat itulah mulai berkembangnya ilmu
fiqh.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam dipelopori oleh orang-orang
negara syam terutama kawasan Babilonia atau dikenal dengan Iraq. Oleh karena
itu tidak mengherankan bila muncul tokoh-tokoh Islam di sana. Dan pada masa ini
muncullah imam-imam fiqih yang kitab-kitabnya menjadi rujukan kaum muslimin
dalam menentukan hukum fiqh.
Dan begitu banyak kisah mereka dalam upaya pencarian dan pemahaman ilmu-ilmu khususnya ilmu fiqh
sendiri. Begitu Banyak keutamaan-keutaman mereka dan gigihnya usaha mereka
sehingga buah dari kerja kerasnya mereka dapat kita nikmati sampai saat ini.
Berikut ini akan saya paparkan mengenai
biografi dari salah satu imam tersebut. Yakni Imam Syafi’i dan ijtihadnya yang digunakan dalam mementukan suatau hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasab dan Kelahiran Imam As-Syafi’i
Nasab beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin As-Sa’ib bin
Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad
bin Adnan. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah U pada Abu Manaf, sedangakan Al-Muththalib adalah saudaranya Hasyim.[1]
a. Nasab
1. Nasab ayahnya
Ayahnya bernama Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi` bin
Sa`ib bin Abid bin Abu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin Abdu Manaf bin Qusayyi
bin Kilab bin Murrah, nasab beliau bertemu dengan Rasulullah U pada Abdu Manaf bin Qusayyi.
Ayahnya sempat tertawan dalam perang badar sebagai
seorang musyrik kemudian As-Sa’ib menebus dirinya dengn uang jaminan untuk
mendapat status pembebasan dari tawanan muslim. Dan setelah dibebaskan, ia pun
masuk Islam ditangan Rasulullah r.
2. Nasab ibunya
Ibunya bernama fatimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin
Thalib. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui Hasyimiyah melahirkan
keturunan kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam As-Syafi’i. Ibunya
sendiri berasal dari Azdiyah.
b. Kelahiran beliau
Dikampung mislin dilota gaza dibumi palestina, pada tahun 150 H bertepatan
dengan tahun 694 M lahirlah seorang bayi lelaki dari pasangan suami istri yang
berbahagia. Sebagian ulama’ bertepatan dengan dimana Imam Abu Hanifah meninggal
dunia. Beliau dilahirkan di desa Ghazzah, Asqalan.
Ibunya seorang wanita dari suku Azad. Namun kebahagiaan keluarga miskin
dengan kelahiran bayi tersebut tidak berlangsung lama. Karena beberapa saat
kelahiran itu, terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal
dunia dalam usia yang masih muda. Bayi lelaki rupawan itu akhirnya hidup
sebagai anak yatim.
Sang ibu sangat menyayangi
bayinya, sehingga anak yatim Quraisy itu tumbuh sebagai bayi yang sehat. Maka
ketika ia telah berusia dua tahun, dibawalah oleh ibunyake Mekkah untuk tinggal
ditengah keluarga ayahnya dikampung Bani Mutthalib. Karena anak yatim ini dari
sisi nasab ayahnya, berasal dari keturunan dari seorang Shahabat Nabi r yang bernama Syafi’i bin As-Sa’ib.
Dia tumbuh menjadi anak lelaki yang penuh vitalitas. Diusia kanak-kanaknya,
dia sibuk dengan latihan memanah sehingga dikalangan teman sebayanya, dia amat
jitu memanah. Bahkan, dari sepuluh anak panah yang dilemparkan, semuanya kena
sasaran, sehingga dia terkenal sebagai anak muda yang ahli memanah.
Demikian terus kesibukannya dalam panah memanah sehingga ada seorang ahli
kedokteran medis waktu itu yang menasehatinya. Dokter itu menyatakan padanya: “Bila
engkau terus menerus demikian, maka sangat dikuatirkan akan terkena penyakit
luka pada paru-parumu karena engkau terlalau banyak berdiri dibawah panas terik
matahari.”
Maka mulailah anak yatim ini mengurangi kegiatan panah-memanah dan mengisi
waktu dengan belajar bahasa Arab dan dan menekuni bait-bait sya’ir Arab
sehingga dalam sekejab, anak muda dari Quraisy ini menjadi tokoh dalam bahasa
Arab dan sya’irnya dalam usia kanak-kanak. Disamping itu dia juga menghafal
Al-quran, shingga pada usia tujuh tahun telah menghafal Al-quran seluruhnya
diluar kepala.[2]
c. Istri dan anak anak imam Syafi’i
Imam Syafi’i
menikah dengan Hamidah binti Nafi’ bin Unaisah bin Amru bin Ustman bin Affan.
Dan anak-anak beliau adalah : Abu Ustman Muhammad, Fathimah dan zainab.[3]
B. Masa belajar dan Perjalanan Menuntut ilmu
Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra
sampai-sampai Al Ashma’i.[4]
berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari
Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab.
Berikut ini akan kami paparkan perjalanan beliau dibeberapa negara :
1. Di Mekkah
Dalam usia 7 tahun Imam Asy-Syafi’i selesai menghafal Al-Qur’an dan usia 10
tahun beliau hafal Al-Muwaththa’ karya Imam Malik dalam waktu 9 hari. Beliau
juga banyak menghafal syair-syair Hudzail.
Ketika itu, di saat pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid terjadi fitnah
‘Alawiyyin yang mengakibatkan seluruh ‘Alawiyyin terusir dari Yaman termasuk
Imam Syafi’i. Di Mekkah.
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin
Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia
15 tahun.
Demi ia merasakan manisnya
ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari
fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para
Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu
itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
2. Belajar di Madinah
Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin
Anas. Dan pada usia 10 tahun ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan
menghafalnya dalam 9 malam. Namun, imam Malik wafat pada tahun 179 H. Setelah
itu, Imam Syafi’i meriwayatkan hadist dan delajar dari Sufyan bin Uyainah,
Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain.
Di majelis beliau ini, si anak yatim
tersebut menghafal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu
Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara
itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di
Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.
Beliau menyatakan kekagumannya setelah
menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak
ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari
Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik:
“Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di
majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam
Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat
setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan:
“Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan beliau diatas dapatlah diketahui bahwa guru yang
beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin uyainah.
Disamping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para
ulama’ yang di Madinah seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf
bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darwadi. Beliau pula banyak menghafal ilmu dimajelisnya
Ibahim bin Abi Yahya.
Guru-guru di Madinah :
1.
Imam Malik bin Anas
2.
Abdullah Aziz bin Muhammad Ad-Darawirdi
3.
Ibrahim bin Sa’ad bin Abdurrahman
4.
Muhammad bin Ismail Abu Fudail
3. Belajar di Yaman
Dari hasil menggadaikan rumahnya seharga 16 dinar, Imam Syafi’i pergi ke
Yaman. Karena ketidak mampuannya beliau bekerja di Yaman sambil belajar dari
para ulama-ulama di sana. Diantaranya Ibnu Abi Yahya dan yang lainnya.
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana.
Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti:
Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya
Maka beliaupun berangkat menuju negri Yaman demi menyerap ilmu dari para
ulanma’nya.
Disebutkan sederet ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau, seperti:
Ø
Mutharrif bin Mazin
Ø
Hisyam bin Yusuf Al-qadli
Dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Ketika Muhammad Idris As-Syafi’i Al-Mutthalibi Al-Qurasyi telah berusia dua
puluh tahun, dia sudah memiliki kedudukan yang tinggidikalangan ulama’
dizamannya dalam berfatwa dan berbagai imu yang berkisar pada Al-quran dan
As-Sunnah. Tetapi beliau tidak mau berpuas diri dengan ilmu yang dicapainya.
4. Belajar di Bagdad, Irak
Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq pada
tahun 183 dan 195 tahun. Dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari
Muhammad bin Al-Hasan[5],
seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin
Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya. Ia
memiliki tukar pikiran yang menjadikan Khalifah Ar Rasyid.
Sejak dikota bagdad Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i mulai dikerumuni
para muridnya dan mulai menulis berbagai keterangan agama. Dan juga beliau
mulai membantah beberapa keterangan para Imam ahli fiqh, dalam rangka mengikuti
sunnah Nabi r. Kitab fiqh dan ushul fiqh pun mulai ditulisnya. Popularits beliau didunia
islam yang semakin luas menyebabkan banyak orang semakin kagum dengan
ilmunysehingga orang pun berbondong-bondong mendatangi majelis ilmu beliau
untuk menimba ilmu.
Tersebutlah tokoh-tokoh ilmu agama ini yang mendatangi majelis beliau untuk
menimba ilmu padanya seperti:
1. Abu Bakr Abdullah bin
Az-Zubair Al-Humaidi (beliau ini adalah salah seorang guru Al-Imam Al-Bukhari)
2. Abu Ubaid Al-Qasim bin
Sallam
3. Ahmad bin Hanbal (yang
kemudian terkenal dengan nama Imam Hanbali)
4. Sulaiman bin Dawud
Al-Hasyimi
5. Abu Ya’qub Yusuf
Al-Buaithi
6. Abu Tsaur Ibrahim bin
Khalid Al-Kalbi
7. Harmalah bin Yahya
8. Musa bin Abil Jarud
Al-Makki
9. Abdul Aziz bin Yahya
Al-Kinani Al-Makki (pengarang kitab Al-Haidah )
10. Husain bin Ali
Al-Karabisi (beliau ini sempat di tahdzir oleh Imam Ahmad karena berpendapat
bahwa lafadh orang yang membaca Al-Qur’an adalah makhluq)
11. Ibrahim bin Al-Mundzir
Al-Hizami
12. Al-Hasan bin Muhammad
Az-Za’farani
13. Ahmad bin Muhammad
Al-Azraqi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu yang lainnya.
Dari murid-murid beliau di Bagdad, yang paling terkenal sangat mengagumi
beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal atau
terkenal dengan gelar Imam Hanbali.
5. Belajar di Mesir
Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di
Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i menimba ilmu
fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya.
Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian
beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Diriwayatkan
oleh Al-Imam Al-Mizzi dengan sanadnya bersambung kepada imam Abdullah bin Ahmad
bin Hanbal(putra Imam Hanbali). Beliau menceritakan: “Aku pernah bertanya
kepada ayahku: maka ayahkumenjawab: Diriwayatkan pula bahwa Sulaiman bin Al-Asy’ats menyatakan: “Aku
melihat bahwa Ahmad bin Hanbal tidak condong kepada Syafi’i.” Al-Maimuni
meriwayatkan bahwa Imam Hanbali menyatakan: “Aku tidak pernah meninggalkan
doa kepada Allah di sepertiga terakhir malam untuk enam orang. Salah satunya
ialah untuk As-Syafi`ie.” Diriwayatkan pula oleh Imam Shalih bin Ahmad bin
Hanbal (putra Imam Hanbali): “Pernah ayahku berjalan di samping keledai yang
ditumpangi Imam Syafi`ie untuk bertanya-tanya ilmu kepadanya. Maka melihat
demikian Yahya bin Ma[iien sahabat ayahku mengirim orang untuk menegur beliau.
Yahya menyatakan kepadanya: “ Maka ayah pun menyatakan kepada Yahya: ” Di
samping Imam Hanbali yang sangat mengaguminya, juga diriwayatkan oleh Al-Khatib
Al-Baghdadi dalam Tarikh nya dengan sanadnya dari Abu Tsaur.
Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqh hanya dalam beberapa tahun saja
duduk diberbagai halaqoh ilmu para ulama fiqh tersebut diatas.
C. Karya-karya beliau :
1. Al-Risalah Al-qodimah
2. Al-Risalah Al-Jadidah
3. Ikhtilaf Al-Hadist
4. Ibthal Al-Istihsan
5. Ahkam Al-quran
6. Bayadh Al-Faradh
7. Sifat Al-Amr wa Al-Nahyi
8. Ikhtilaf Al-Malik wa
As-Syafi’i
9. Ikhtilaf Al-Iraqiyin
10. Ikhtilaf Al-Muhammad bin
Husain
11. Fadha’il Al-quraisy
12. Kitab Al-Umm
Sejarah singkat lahirnya kitab Al-Umm
Dia menceritakan, “Abdurrahman bin Mahdi pernah menulis surat kepada
Asyafi’i, dan waktu itu As-Syafi’i masih muda belia. Dalam surat itu
Abdurrahman meminta kepadanya untuk menuliskan untuknya sebuah kitab yang
terdapat padanya makna-makna Al-quran, dan juga mengumpulkan berbagai macam
tingkatan hadist, keterangan tentang kedudukan ijma’ sebagai hujjah atau dalil,
keteranagan hukum yang nasikh,[7]
Dan hukum yang mansukh[8],
baik yang ada didalam Al-quran maupun As-Sunnah. Maka As-Syafi’i muda
menuliskan kitab Ar-Risalah dan kemudian dikirimkan kepada Abdurrahman bin Mahdi.
Begitu membaca surat Ar- Risalah ini, Abdurrahman menjadi sangat kagum dan
sangat senang kepada As-Syafi’i sehingga beliau mengatakan: “setiap aku
shalat, aku selalu mendoakan As-Syafi’i.”
Kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi`i akhirnya menjadi kitab rujukan utama
bagi para Ulama’ dalam ilmu Ushul Fiqih sampai hari ini. Pujian para ulama’ dan
kekaguman merekabukan saja datang dari orangorang yang seangkatan dengan beliau
dalam ilmu, akan tetapi datang pula pujian itu dari para ulama’ yang menjadi
guru beliau. Antara lain:
Sufyan bin Uyainah, salah seorang guru beliau yang sangat dikaguminya.
Sebaliknya sufyanpun sangat mengagumi imam As-Syafi’i, sampai diceritakan oleh
Suwaid bin Said sebagai berikut: “aku pernah duduk dimajelis ilmunyaSufyan bin
Uyainah. As-Syafi’i datang majelis itu, masuk sembari mengucapkan salam dan
langsung duduk untuk mendengarkan Sufyan yang sedang menyampaikan ilmu. Waktu
itu sufyan sedang membaca sebuah hadist yang sangat menyentuh hati beliau saat
mendengar hadist itu menyebabkan As-Syafi’i mendadak pinsan. Orang-orang
dimajelis itu menyangka bahwa As-Syafi’i meninggal dunia.
Sebagaimana Al-Umm, kumpulan riwayat keteranag Imam As-Syafi’i dalam fiqh
juga disusun oleh Al-imam Al-Baihaqi dan diberi nama Ma’rifatul Aatsar wa
Sunnah. Al-Imam Abu Nu’aim Al-Asfahani membawakan beberapa riwayat nasehat dan
pernyataan Imam As-Syafi’i dalam berbagai masalah yang menunjukkan pendirian
Imam As-Syafi’i dalam berbagai masalah yang menunjukkan pendirian Imam
As-Syafi’i dalam memahami agama ini. Beberapa riwayat Abu Nu’aim adalah : “Imam
As-Syafi`ie menyatakan: “Bila aku melihat Ahli Hadits, seakan aku melihat
seorang dari Shahabat Nabi r .[9]
Ini menunjukkan betapa tinginya penghargaan beliau kepad para Ahli Hadist.
Imam As-Syafi’i menyatakan: “Sungguh seandainya seseorang ditimpa dengan
berbagai amalan yang dilarang oleh Allah selain dosa Syirik, lebih naik
baginanya dari pada dia mempelajari ilmu kalam.”[10]
Beliau menyatakan juga: “Seandainya manusia itu mengerti bahaya yang ada
dalam Ilmu dan nafsu, niscaya dia akan lari padanya seperti lari dari macan.”
Ini menunjukkan betapa anti patinya beliau terhadap Ilmu Kalam, suatu ilmu
yang membahas perkara taugid dengan metode pembahasan ilmu filsafat.
Diriwayatkan oleh Ar-Rabi’ahbin Sulaiman bahwa dia menyatakan: “Aku
mendengar As-Syafi’i berkata “Barang siapa megatakan bahwa Al-quran itu mahluk,
maka sesungguhnya dia telah kafir.”
Diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim Al-Asfahani bahwa Al-Imam As-Syafi`ie
telah mengkafirkan seorang tokoh ahli Ilmu Kalam yang terkenal dengan nama Hafs
Al-Fardi, karena dia menyatakan di hadapan beliau bahwa Al-Qur’an itu adalah
makhluk.
Demikian tegas Imam As-Syafi’i dalam menilai mereka yang mengatakan bahwa
Al-quran adalah mahluk. Dan para ulama’ Ahli Sunnah wal Jama’ah telah sepakat
untuk mengkafirkan siapa yang meyakini bahwa Al-quran itu mahluk.
Para ulama’ bersikap tawadlu’ sebagai kepribadian utama mereka. Sehingga
tidak menjadi masalah bagi mereka bila guru mengambil manfaat dari muridnya dan
muridnya yang diambil manfaat oleh gurunya tidak pula kemudian menjadi congkak
dengannya. Tetap saja sang murid mengakui dan mengambil manfaat dari gurunya,
meskipun sang guru mengakui di depan umum tentang ketinggian ilmu si murid.
Guru-guru utama Imam As-Syafi’i, Imam Malik dan Imam Sufyan bin uyainah, dengan
terang-terang mengakui keutamaan ilmu Imam As-Syafi’i. Bahkam Imam Sufyan bin
Uyainah banyak bertanya kepada Imam As-Syafi’i saat Imam Syafi’i ada
dimajelisnya.
Padahal Imam Asy-Syafi`ie duduk di majelis itu sebagai salah satu murid
beliau, dan bersama para hadirin yang lainnya, mereka selalu mengerumuni Imam
Sufyan untuk menimba ilmu daripadanya. Meskipun demikian, Imam Syafi’i tidak
terpengaruh oleh sanjungan gurunya. Beliau tetap mendatangi majelis gurunya dan
memuliakannya.
Disamping itu, hal yang amat penting pula dari pernyataan Imam As-Syafi’i
kepada Imam Ahmad bin Hanbal tersebut diatas, menunjukkan kepda kita betapa
kuatnya semangat beliau dalam merujuk kepada hadist shahih untuk menjadi pegangan
dalam bermadzhab, dari manapun hadist shahih itu berasal.
D. Ushulul madzhab Imam As-Syafi’i
1.
Al-quran dan Sunnah
2.
Al-Ijma’
3.
Perkataan para sahabat
4. Al-qiyas
E. Syarat memberikan fatwa Imam Syafi’i
Imam syafi’i berkata dalam salah satu riwayat yang diriwayatkan oleh
Al-Khatab dalam sebua kitab al-faqih wa al-muttafaqoh lahu bahwa:”Seseorang tidak diperbolehkan
memberikan fatwa dalam masalah agama, kecuali bagi seseorang yang memiliki
pengetahuantentang Al-quran, baik menyangkut ayat nasikh dan mansukhnya, ayah
muhkamat dan mutasyabihatnya, tawil dan tanzil,. Ayat Makiyah dan Madaniyahnya,
dan isi kandungnnya.” Setelah itu dia harus mengetahui Hadist Rasulullah U dia harus mengetahui hadist tersebut
seperti dian mengetahui Al-quran, serta dia harus menggunakan hal
tersebut secara adil.
Kemudian setelah itu dia harus mengetahui perbedaan pendapat orang yang
berilmu dari berbagai penjuru, lalu ia mendatanginya. Apabila sudah seperti
itu, maka diperbolehkan baginya untuk mengemukakan pendapat dan memberikan
fatwa tentang halal dan haram.[11]
F. Keberadaan Madzhab Beliau
Madzhab Imam Syafi’i paling banyak tersebar di Mesir, Yordan dan sebagian penduduk Suria
serta Libanon, terdapat juga di Irak, Pakistan, Yaman, Iran dan yang paling
mendominasi di Indonesia dan Somalia.[12]
G. Proses Penyebaran
Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan mazhab sebelumnya (Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki) yang mana lebih dominan dipengaruhi oleh Kekhalifahan. sedagkan pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i lebih disebar-luaskan oleh para murid-muridnya. Diantara murid-muridya yang dari Mesir, diantaranya:
·
Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)
·
Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)
·
Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)
H. Daerah yang Menganut Madzhab Mayoritas Syafi’i
1. Libia
2. Indonesia
3. Pilipin
4. Malaysia
5. Somalia
6. Palestina
7. Yordania
8. Libanon
9. Siriya
10. Irak
11. Hijaz
12. Pakistan
13. India
14. Jazira,dll.
I. Perkembangan Madzhab Imam Syafi’i di Indonesia
Setelah kerajaan Fatimiyyah ditumbangkan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayubi
di Mesir pada tahun 557 H. Mulailah Shalahuddin mendatang mubalig-mubalig Islam
bermanzhab Syafi’i ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satunya :
Ismail Ash-Shiddiq yang dikirim ke Pasai untuk mengajarkan Islam bermadzhab
Syafi’i.[13]
J. Wafatnya beliau
Imam As-Syafi’i tinggal di Bagdad hanya dua tahun. Setelah itu beliau
pindah ke Mesir dan tinggal disana sampai beliau wafat. Pada tahun 204 H pada
bulan rajab dan usia beliau ketika wafat 54 tahun. Beliau telah meninggalkan
warisan yang tak ternilai, yaitu ilmu yang beliau tulis di kitab Ar-Risalah
dalam ilmu Ushul Fiqh.
Disamping itu beliau juga menulis kitab Musnad As-Syafi’i, berupa kumpulan
hadist Nabi r yang diriwayatkan oleh beliau. Dan kitab Al-Umm berupa kumpulan keterangan
beliau dalam masalah fiqih.
Setelah mengalami penyakit wasir yang menyebabkan keluar darah terus menerus, Imam As-Syafi’i wafat pada akhir
bulan Rajab tahun 204 H dan dimakamkan dimesir.[14]
BAB III
PENUTUP
Masih banyak lagi kisah
perjalanan imam As-Syafi’i dalam menuntut ilmu dan keutamaan beliau. Namun,
masih banyak lagi aspek yang tak terjangkau oleh penulis. Sosok imam hebat yang
namanya melegenda hingga saat ini. Dan pasti masih banyak cerita tentang
pahitnya beliau dalam menunntut ilmu. Dan pengimbangan rasa mujahadah dalam
memahami ilmu dien.
Bahkan telah ditulis oleh
para Imam-Imam Ahlus Sunnah wal Jamaah kitab-kitab tebal yang berisi untaian
mutiara hikmah peri hidup Imam besar ini. Seperti Al-Imam Al-Baihaqi menulis
kitab Manaqibus Syafi`ie , juga Ar-Razi menulis kitab dengan judul yang sama.
Dan masih banyak lagi
yang lainnya. Itu semua menunjukkan kepada kita, betapa agungnya Imam besar ini
di mata para Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semoga Allah Ta`ala menggabungkan
kita di barisan mereka di hari kiamat nanti.
Dan semoga kita lebih
bersemangat memahami ilmu fiqh, Karna imam kita ini telah mengabadikan karyanya
dalam sebuah kitab untuk diwariskan pada umat tanpa harus bersusah payar
bersafar hanya demi mendapatkan jawaban dari sebuah permasalahan yang belum
terselesaikan seperti yang dilakukan imam kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Wahbah Zuhaili, al wajiz fi al-fiqhi islam.
ibnu kholdun, muqaddimah Ibnu Khaldun.
ringkasan kitab al-umm jidid 1 terjemah diwan Imam Syafi’i.
Dr, Muhammad Ali As-Sayis, 60 biografi ulama.
Syaikh muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Islam sepanjang sejarah.
Ebook, Abdus Salam Al indunisy Biografi Ahlul hadist.
http://rofistera.wordpress.com/,05-05-2014,18:37.
ibbnu majjah, pdf biorafi Imam empat.
Mana’ul qotn, Tasyri’fiqh fil islam.
Muhammad Suwaid, tarbiyatul aulad.
pdf biografi ulama’ ahlu sunnah Abdus Salam Al Indunisy.
Ringkasan qodatul fikri Al-islami, hal.7 Abdullah bin sa’ad.
http://mersi.jw.lt/Imam_Syafii.
[1]
PDF Biografi kumpulan ulama-ulama
ahli sunnah
[2]
Tarbiyatul aulad, hal.158
[3]
Ringkasa terjemahan kitab Al-Umm,
hal.09
[4]
Salah seorang mentri pada zaman
Khalifah Al-Mansur
[5]
Tasyri’fiqh fil islam, hal.297
[6] http://www.alkhoirot.net/2013/12/biografi-imam-syafii.html
[7]
Yakni hukum yang menghapus hukum
lain.
[9]
HR. Abu Nu’aim AL-Asfahani dalam
Al-Hilyah nya juz 9 hal. 109
[10]
Ibid hal.111
[11]
Pdf panduan hukum
islam hal.49
[12]
Ringkasan qodatul fikri Al-islami,
hal.7 Abdullah bin sa’ad
[13]
http://serpihanpena.blogspot.com/2011/11/profil-mazhab-imam-syafii-penyebarannya.html
[14] http://mersi.jw.lt/Imam_Syafii
0 komentar:
Posting Komentar