Indahnya
Kepasrahan
Oleh Tri Asmoro
@ Jumat, 12 Juli 2013 — Tulis komentar

Sebab, kita sering mencari
pembenaran akan enggannya kita menempuhi jalan panjang, proses berliku, sampai
lamanya waktu. Hingga kemenangan pun ingin kita raih dengan cara termudah,
lancar, sesegera mungkin, atau seandainya bisa, meringkas tahapan dari awal ke
akhir hanya dengan selangkah saja. Semua tawaran percepatan menjadi sangat
menarik, hingga hukum penahapan bahkan tidak kita lirik.
Pada akhirnya, selain menjadi sangat
tidak sabar, kita sering lupa bahwa kemenangan bisa saja tertunda waktunya,
atau datang dalam bentuk yang tidak kita kenali sebab tak serupa dengan
angan-angan kita. Atau bahkan diakhirkan di akhirat nanti atas nama Allah yang
sempurna ilmu-Nya. Sehingga semua rencana-Nya mengandungi hikmah yang sempurna
juga, meski tidak paralel dengan harapan kemanusiaan kita.
Memang, ada beberapa hal yang segera
memberi hasil. Hari ini kita menanam, esok hari musim panennya datang. Melimpah
ruah yang membuat hati bungah. Dekatnya kemenangan yang sangat kita suka, dan
kita mengira bahwa hal itu akan berlaku dalam semua. Padahal kita tahu,
Allah-lah Penentu segalanya. Menuntaskan semua rencana-Nya tanpa ada satu pihak
pun yang kuasa menolak. Dan mengingkarinya hanyalah kesia-siaan.
Tapi di sana, sunatullah berjalan
dengan kemestian proses. Bahwa selalu ada waktu untuk meraih hasil, dan ia
adalah mayoritasnya. Sehingga apa yang kita tanam sekarang, tidaklah ia
memberikan kematangan buahnya, kecuali dalam tahun-tahun berbilang, dan ia bisa
menjadi sangat panjang. Pada saat itulah, harapan akan kesegeraan hasil
hanyalah kesia-siaan belaka. Yang tidak menambah apa-apa selain sakitnya jiwa.
Bukankah bagi hamba yang mengaku
beriman, tidak ada yang lebih buruk daripada kecewa akan Sang Mahakuasa?
Maka marilah kita menyadari, bahwa
tugas kita adalah membaguskan proses, agar ia bersesuaian dengan syarat
keikhlasan dan peneladanan Rasul. Seraya menebalkan keyakinan bahwa tidak ada
yang sia-sia di hadirat-Nya, agar kita mampu istiqamah di jalan panjang yang
terjal berliku, bahkan ketika orang lain menyangsikan dan ada terselip bimbang
di dada kita. Dan inilah ujian iman dan kesabaran yang sebenarnya.
Sebab suka tidak suka, terkadang
pilihan kebenaran meniscayakan lambatnya pertolongan Allah, dengan kesempurnaan
hikmah yang seringkali tidak mampu kita mengerti, atau kuasa kita jangkau
hakikatnya meski hanya secuil. Sebab semua indah pada waktunya. Dan Dia-lah
yang paling tahu kapan saat itu tiba.
Jadi, biarkanlah proses ini mengalir
mengikuti sunatullah. Kita pasrahkan semua hasil, kapan dan apapun itu, kepada
Allah, agar kepasrahan ini menjadi indah dan menyamankan jiwa raga. Alangkah
eloknya!
0 komentar:
Posting Komentar